Minggu, 29 Juli 2012

Ini lagi test server, kemarin udah 7 hari eror

kasian deh gw

Sabtu, 21 Juli 2012

Evolusi manusia berdasarkan Al-qur'an

Benarkah teori evolusi sebenarnya di dukung oleh Al-Qur’an? Jika ya berarti Adam bukanlah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah. Atau kemungkinanya Adam adalah manusia jenis baru yang telah disempurnakan Allah. Yang memiliki akal dan pikiran, yang diberikan berbagai pengetahuan, emosi dan kreatifitas yang lengkap. Juga diberikan bentuk fisik yang lebih baik. Benarkah Adam turun ke dunia hanya sebagai khafillah (pemimpin) dan bukan manusia pertama? Jika benar Adam adalah pemimpin? Lalu siapa yang ia pimpin?

Sebelum Adam sudah ada manusia lain dengan segala sifatnya

Al-Baqarah 30.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ayat ini menceritakan keinginan ALLAH dalam menciptakan kekhalifahan bagi Bumi beserta isinya dan itu terjadi sebelum datangnya Ujian ALLAH kepada Adam AS dalam segala hal kepemimpinan. Dalam ayat itu tertera pertanyaan malaikat yang menanyakan mengapa mahluk yang suka merusak dan menumpahkan darah itu yang ALLAH pilih sebagai Khalifah Bumi, mengapa bukan mereka (para Malaikat) yang selalu bertasbih ini yang ALLAH pilih. Pertanyaan ini hanya bisa ditafsirkan bahwa para Malaikat telah melihat sifat-sifat manusia sebelumnya, dan sangatlah aneh bila ayat ini diartikan bahwa para Malaikat mempertanyakan ALLAH dalam masalah penciptaan manusia dengan cara menduga sifat mahluk yang belum diciptakan-NYA. Karena Malaikat adalah mahluk yang paling patuh kepada TUHANnya maka tidaklah mungkin mereka meragukan ALLAH dengan cara meduga seperti itu.

Bisa juga kesimpulan dari ayat diatas adalah, malaikat heran mengapa Allah menciptakan Adam dalam bentuk yang sama dengan para manusia terdahulu. Ketidak tahuan Malaikat terhadap keluasan ilmu Allah menjadikan mereka bertanya-tanya. Allah pun berfirman bahwa manusia adalah ciptaan yang sempurna baik dari rohani dan fisiknya dibandingkan manusia terdahulu.

Kisah 2 Putera Adam dan Bukti Arkheologis tentang Domestifikasi Hewan dan Tanaman

Al Maa'idah 27.
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa."

Dikisahkan bahwa Habil dan Qabil adalah seorang Petani dan Penggembala dimana keduanya mempersembahkan Hasil Kurban mereka. Peradaban Manusia dalam mendomestifikasikan Hewan dan Tumbuhan baru ada +/- 10.000SM ( http://id.wikipedia.org/wiki/Domestikasi ), sebelum itu manusia masih bersifat Nomaden, berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang kaya akan sumber daya makanan, dan mereka mendapatkan makanannya dengan cara berburu (cara yang masih dilakukan oleh beberapa masyarakat yang masih primitif), teknologi mereka belum sampai pada tahap pendomestifikasian hewan dan ternak. Dengan adanya kisah 2 Putera Adam tersebut jelaslah bahwa mereka telah mengenalbeberapa alat pertanian dan sistem pemagaran bagi hewan ternak, dimana perhitungan waktu paruh Carbon-14 atas peninggalan archeologis alat2 pertanian tertua gag pernah lebih dari 10.000 tahun sebelum masehi, sedangkan manusia telah pandai melukis sumber daya makanan hewani nya setidaknya pada kisaran 30.000SM seperti yang dilukiskan manusia yang hidup dalam goa Chauvet Prancis.

Ini tercermin dari kisah 2 anak Adam yang mempersembahkan korban baik dari hasil ternak dan hasil pertaniannya. Dengan demikian zaman ke-2 putera Adam dan Adam itu sendiri tidak akan pernah lebih dari zaman peninggalan Alat-alat domestifikasi hewan dan ternak tertua (10.000SM), padahal manusia yang berbudaya telah ada 30.000SM di gua Chauvet Prancis.

Ayat Pertama tentang manusia dan mahluk peralihan Pra-Manusia

Al-Insaan.
1. Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
2. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

Ada satu waktu dari masa ketika manusia belum dapat disebut manusia, artian masa di sini bukanlah ukuran waktu yang singkat, masa di sini adalah masa dalam ukuran waktu yang sangat panjang dimana mahluk peralihan Pra-Manusia belum bisa disebut manusia seutuhnya (Homo sapiens). Ada saat dimana kita masih SAMAR dalam membedakan apakah mahluk ini sudah bisa disebut manusia atau masih tetap disebut hewan.

Dan pada ayat ke-2 juga secara tegas disebutkan bahwa manusia yang seutuhnya harus juga tercipta dari setetes mani yang tercampur sebagaimana moyangnya dulu (mahluk-mahluk peralihan Pra-manusia), dan di saat telah sempurnanya akal dalam memahami apa-apa yang dia lihat dan apapun yang dia dengar, maka disitulah ALLAH mulai mengujinya. Oleh karena itu Adam AS hanyalah sebagai perwakilan dari seluruh ras umat manusia “berakal sempurna” pada saat itu yang akan ALLAH uji tentang kemampuannya dalam mengelola dunia ini.

Lalu ada berapakah sebenarnya Ras manusia itu?

Dunia Spiritual belum bisa memastikan ada berapa dan ayat Al Quraan yang mendukungnya, perlu kajian yang lebih mendalam lagi tentang hal ini. Apakah memang manusia hanya terdiri dari satu Rasa tau justru dari banyak ras. Kesimpulan sementara manusia di Bumi ini terdiri dari bermacam Ras, setidaknya ada 4 ras utama. Ras Putih, Ras Kuning, Ras Merah dan Ras Hitam. Para penduduk eropa bisa disebut Ras putih dengan penampilan fisik yang lebih tinggi dan besar, memiliki hidung mancung, mata biru dan sebagian berambut pirang, Ras kuning bisa diwakili oleh bangsa China, Jepang, Korea dan lainnya dimana cirri-ciri fisiknya berkulit kuning dan bermata sipit dan bertubuh pendek, Ras merah adalah penduduk Arab dan sebagian dataran spanyol, Portugal dan Mesir. Bisa jadi mereka keturunan terdekat dengan Adam AS, mengingat kebanyakan Nabi berasal dari Ras ini, kemudian terakhir adalah Ras hitam diwakili oleh penduduk Afrika yang memiliki fisik kuat dan berkulit hitam.

Benar tidaknya pembagian ras ini hanya Allah saja yang mengetahuinya, kedepan mungkin DuniaSpiritual akan membahas khusus tentang topik ini.

Islam masuk Nusantara ketika Rasulullah masih hidup

Masih ingatkah anda ketika masih duduk di bangku sekolah, saat mendengar bapak atau ibu guru bercerita tentang sejarah masuknya Islam di Nusantara? “Agama Islam,” kata mereka, “… masuk ke Nusantara lewat para pedagang dari Gujarat, India.” Kini, puluhan tahun kemudian, coba buka buku sejarah anak-anak anda. Lihat bab mengenai masuknya Islam di Nusantara. Ternyata, masih banyak buku teks sejarah di sekolah-sekolah kita yang juga menuliskan jika Islam masuk di Nusantara lewat Gujarat di abad ke-13 Masehi. Hal ini diyakini berdasarkan catatan Marco Polo yang pada 1292 pernah singgah di Sumatera Utara dan menemukan sebuah kampung di mana warganya Muslim, lalu juga nisan makam Sultan Malik al-Shaleh yang berangka 1297 M.

Teori yang menyebutkan Islam masuk di Nusantara berasal dari Gujarat secara populer disebut sebagai Teori Gujarat. Teori ini berasal dari seorang orientalis Belanda yang mengaku-aku masuk Islam bernama Snouck Hurgronje. Ironisnya, oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional, teori yang sesunguhnya penuh racun ini seolah dijadikan pembenaran tunggal bagi sejarah masuknya Islam di Nusantara.

Padahal, teori Gujarat tersebut banyak mendapat tentangan, bukan saja dari para intelektual Muslim, seperti HAMKA dan juga sejarawan Mansyur Suryanegara, namun juga dari intelektual Barat, dengan segala fakta-fakta arkeologis dan literatur kuno yang ditemukan.
Salah seorang penentang Teori Gujarat van Hurgronje adalah Prof. Dr. HAMKA yang menegaskan jika seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang berdiam di pesisir Barat Sumatera. HAMKA juga menambahkan bahwa temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown University di Amerika.

Temuan HAMKA diamini oleh Peter Bellwood seorang Reader in Archaeology di Australia National University, yang telah melakukan banyak penelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara. Bellwood menemukan bukti-bukti jika sebelum abad kelima masehi, yang berarti Rasulullah SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini. Bellwood dalam catatan kakinya3 menulis, “Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara. Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa di antaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London. Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah sering dijarah…” Bellwood dengan ini hendak menyatakan bahwa sebelum tahun 221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina. Menurutnya, perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukan antar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yang dimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan seorang raja dengan wilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat di selatan Sumatera baru berdiri pada 607 Masehi (Wolters 1967; Hall 1967, 1985).

Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara-terutama Sumatera dan Jawadengan Cina juga diakui oleh sejarahwan G.R. Tibbetts. Tibbetts meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra-Islam. Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantara saat itu. “Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar ke negeri Cina sejak abad kelima Masehi.(4) Bahkan peneliti sejarah kuno dari London University, Robert Dick-Read, lebih berani lagi dengan menyatakan jika pada masa awal Masehi, pelaut-pelaut Nusantara telah menjadi pioner bagi jalur perdagangan dunia hingga ke benua Afrika. Bahkan perdagangan bangsa Cina sangat tergantung pada jasa pelaut-pelaut Nusantara dalam mengarungi samudera luas.

Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M-hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rasulullah berdakwah terang-terangan kepada bangsa Arab-di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Budha Sriwijaya.

Disebutkan pula bahwa di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telah melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikahi perempuan-perempuan lokal secara damai. Mereka sudah beranak–pinak di sana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempat pengajian al-Qur’an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakal madrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).(6) Dari berbagai literatur, diyakini bahwa kampung Islam di daerah pesisir Barat Pulau Sumatera itu bernama Barus atau yang juga disebut Fansur. Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan. Di zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. Namun ketika Sriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan Aceh Darussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Aceh. Amat mungkin Barus merupakan kota tertua di Indonesia mengingat dari seluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi oleh literatur-literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan sebagainya. Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Aleksandria Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari kapur barus. Di masa sebelum masehi, sangat sulit menemukan catatan tua di Jawa yang bisa membuka selubung gelap sejarah awalnya. Pangeran Aji Saka sendiri baru “diketahui” memulai sistem penulisan huruf Jawi kuno yang berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masa antara 0 sampai 100 Masehi. Dalam periode ini di Kalimantan telah berdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya. Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. Di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Sejarahwan T.W. Arnold menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam langsung dari jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M.(7) Setelah abad ke-7 M, Islam mulai berkembang di kawasan ini; misal, menurut laporan sejarah negeri Tiongkok bahwa pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali)m diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara.(8) Bukti lainnya, di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, sebuah batu nisan kepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082 telah ditemukan. Penemuan ini setidaknya menyatakan jika Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M.(9)

Sejarawan asal Bandung, Mansyur Suryanegara, berpegangan pada banyak literatur kuno dan berbagai penelitian yang ada meyakini jika Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah masih hidup. Bahkan Mansyur berani menyatakan jika pedagang-pedagang dari Nusantara jauh sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul SAW telah melakukan perdagangan sampai di Syam. “Bukan hal yang mustahil jika sesungguhnya para pedagang asal Nusantara telah melakukan kontak dengan Rasulullah di Syam, mengingat Rasulullah SAW juga seorang kepala kabilah dagang di Syam saat mudanya, yaitu membawa barang-barang dagangan dari Khadijah,” ujar Mansyur Suryanegara.(10) Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut: Rasululah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Mekkah ke seluruh Jazirah Arab. Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam (sumber Kaskus)

Jumat, 20 Juli 2012

Diam yang dapat membatalkan puasa

Assalam mualaikum Wr. Wb.

Ini adalah postingan pertama saya di www.ibnuhasbullah.com versi mobile.
Berdasarkan judul diatas, ternyata diam itu dapat membatalkan puasa.

Lho... masa sih ?
Coba saja sobat "diam" Diam Diam makan dan minum di siang hari hihihihihi....

Yaiyalah... jelas batal...